Himpunan
1 Hipunan Kosong
Himpunan Kosong adalah himpunan yang tidak punya anggota.
{ } atau0
Contoh
1.Bilangan ganjil yang habis dibagi 2
2.Himpunan bulan-bulan yang harinya lebih dari 31 hari.
2 Himpunan Semesta
Himpunan Semesta (S) adalah himpunan yang memuat semua anggota yang dibicarakan.
Contoh
1.S = (Benda-benda berwujud)
A = (Cair, gas)
B = (Padat)
2.S = (Binatang pemakan daging)
A = (Harimau, macan)
B = (Kucing , Hiu)
C = (Anjing, serigala
1 Hipunan Kosong
Himpunan Kosong adalah himpunan yang tidak punya anggota.
{ } atau
Contoh
1.Bilangan ganjil yang habis dibagi 2
2.Himpunan bulan-bulan yang harinya lebih dari 31 hari.
2 Himpunan Semesta
Himpunan Semesta (S) adalah himpunan yang memuat semua anggota yang dibicarakan.
Contoh
1.S = (Benda-benda berwujud)
A = (Cair, gas)
B = (Padat)
2.S = (Binatang pemakan daging)
A = (Harimau, macan)
B = (Kucing , Hiu)
C = (Anjing, serigala
Diagram
Venn
Diagram Venn adalah perkumpulan anggota yang digambarkan dengan persegi panjang dan dipojok kiri atas diberi simbol S.
Contoh
1.S = (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10)
A = (1, 3, 5, 7, 9)
B = (6, 7, 8, 9, 10)
Diagram Venn adalah perkumpulan anggota yang digambarkan dengan persegi panjang dan dipojok kiri atas diberi simbol S.
Contoh
1.S = (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10)
A = (1, 3, 5, 7, 9)
B = (6, 7, 8, 9, 10)
Irisan Himpunan
Irisan
Himpunan adalah himpunan yang anggotanya menjadi anggota A juga anggota B
dilambangkan dengan A ∩ B dibaca himpunan A irisan B.
Contoh
dilambangkan dengan A ∩ B dibaca himpunan A irisan B.
Contoh
A = (2, 3, 4)
B
= (1, 4, 5)
A ∩ B = (4)
Gabungan Himpunan
Gabungan Himpunan adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota A saja, anggota B saja dan anggota dari A∩ B.
Contoh
A ∩ B = (4)
Gabungan Himpunan
Gabungan Himpunan adalah himpunan yang anggotanya merupakan anggota A saja, anggota B saja dan anggota dari A∩ B.
Contoh
A = (2, 3, 4)
B = (1, 4, 5)
A ∩B = (1, 2, 3, 4, 5)
Selisih Himpunan
Selisih Himpunan adalah himpunan anggota A yang tidak menjadi anggota B yang disebut selisih himpunan A dan B, ditulis A - B.
Contoh
S = (1, 2, 3, 4, 5, 6)
A = (1, 2, 5)
B = (1, 2, 3, 4)
Tentukan selisih himpunan berikut!
1. A - B = (5)
A = (
B = (
2. B - A = (3, 4)
Logika
Ingkaran
Pernyataan atau negasi
Ingkaran atau negasi suatu pernyataan adalah pernyataan yang menyangkal pernyataan yang diberikan. Ingkaran suatu pernyataan dapat dibentuk dengan menambah “Tidak benar bahwa ...” di depan pernyataan yang diingkar. Ingkaran pernyataan adalah ~ p.
Contoh :
Ingkaran atau negasi suatu pernyataan adalah pernyataan yang menyangkal pernyataan yang diberikan. Ingkaran suatu pernyataan dapat dibentuk dengan menambah “Tidak benar bahwa ...” di depan pernyataan yang diingkar. Ingkaran pernyataan adalah ~ p.
Contoh :
Misalkan
pernyataan p : Tembakau yang mengandung nikotin.
Ingkaran penyataan p adalah ~ p. Tidak benar bahwa tembakau mengandung nikotin.
Ingkaran penyataan p adalah ~ p. Tidak benar bahwa tembakau mengandung nikotin.
Tabel
kebenaran dari ingkaran
Pernyataan
Majemuk
a. Konjungsi
Pernyataan p dengan q dapat digabung dengan kata hubung logika “dan” sehingga membentuk pernyataan majemuk “p dan q” yang disebut konjungsi. Konjungsi “p dan q” dilambangkan dengan
a. Konjungsi
Pernyataan p dengan q dapat digabung dengan kata hubung logika “dan” sehingga membentuk pernyataan majemuk “p dan q” yang disebut konjungsi. Konjungsi “p dan q” dilambangkan dengan
b.
Disjungsi
Pernyataan p dengan q dapat digabung dengan kata hubung logika “atau” sehingga membentuk pernyataan majemuk “p atau q” yang disebut disjungsi. Disjungsi p atau q dilambangkan dengan
Pernyataan p dengan q dapat digabung dengan kata hubung logika “atau” sehingga membentuk pernyataan majemuk “p atau q” yang disebut disjungsi. Disjungsi p atau q dilambangkan dengan
c.
Implikasi
Implikasi “jika p maka q” dilambangkan dengan .
Implikasi “jika p maka q” dilambangkan dengan .
d.
Biimplikasi
Biimplikasi “p jika dan hanya jika q” dilambangkan dengan .
Biimplikasi “p jika dan hanya jika q” dilambangkan dengan .
4)
Ekuivalensi Pernyataan – Pernyataan Majemuk
5)
Konvers, Invers, dan Kontraposisi
Dari sebuah implikasi dapat diturunkan pernyataan yang disebut konvers, invers dan kontraposisi dari implikasi tersebut.
Dari sebuah implikasi dapat diturunkan pernyataan yang disebut konvers, invers dan kontraposisi dari implikasi tersebut.
Relasi
dan Fungsi
a. Pengertian relasi
Dalam kehidupan sehari-hari, sering
dijumpai kata relasi, seperti relasi dagang, relasi keluarga, relasi kerja, dan
lain-lain. Relasi sering diartikan sebagai hubungan, begitu pula dalam
matematika. Jika ada himpunan A dan himpunan B, maka relasi (hubungan) dari
himpunan A ke himpunan B adalah pemasangan anggota-anggota A ke himpunan B
(Junaedi, dkk, 1999: 1). Menurut Rusoni (1998: 127) relasi dari himpunan A ke
himpunan B (ditulis: R: A ® B) adalah aturan yang mengaitkan anggota himpunan A
dengan anggota himpunan B.
Kemudian menurut Rusoni (1998: 128)
dikatakan bahwa daerah asal dari suatu relasi adalah himpunan yang anggotanya
terdiri dari anggota himpunan pertama, disebut domain. Sedangkan daerah
hasil/range dari suatu relasi adalah himpunan yang anggotanya terdiri dari
anggota himpunan kedua, disebut kodomain.
b. Cara menyatakan dua himpunan yang
berelasi
Ada tiga cara untuk menyatakan
relasi, yaitu dengan diagram panah, diagram Cartesius, dan himpunan pasangan
berurutan. Dalam diagram panah, relasi dua himpunan dihubungkan melalui tanda
panah dan himpunan-himpunan dibuat dalam kurva tertutup. Untuk menyatakan dalam
diagram Cartesius, relasi dua himpunan dihubungkan dengan tanda titik-titik
tebal (noktah-noktah) dan himpunan yang pertama disebutkan ditulis dalam sumbu
x, sementara yang kedua ditulis dalam sumbu y. Sedangkan untuk menyatakan
relasi dalam himpunan pasangan berurutan, relasi dua himpunan dibuat dalam satu
himpunan yang antara anggota dua himpunan yang berelasi dipisahkan dengan tanda
kurung biasa, sehingga tiap anggota himpunan mempunyai pasangannya. Selain itu
dalam urutan penulisan tidak boleh terbalik, yaitu himpunan yang pertama
disebutkan ditulis di depan himpunan yang kedua. Guna memperjelas menyatakan
relasi dengan diagram panah, diagram Cartesius, dan himpunan pasangan berurutan
diberikan contoh di bawah ini. Contoh :
Jika P = {1, 3, 5} dan Q = {2, 4,
6}, nyatakan himpunan P ke himpunan Q yang relasinya “kurang dari” dengan :
1) Diagram panah
2) Diagram Cartesius
3) Himpunan pasangan berurutan
Jawab :
1) Diagram panah
2) Diagram Cartesius
Himpunan Q
3) Himpunan pasangan berurutan
{(1,2), (1,4), (1,6), (3,4), (5,6)}
Berdasarkan pengertian dan cara
menyatakan dua himpunan yang berelasi, maka dapat dikatakanbahwa relasi dari
himpunan A ke himpunan B adalah aturan yang mengaitkan anggota himpunan A
dengan anggota himpunan B. Di dalam menyatakan dua himpunan yang berelasi
dengan diagram panah, diagram Cartesius, dan himpunan pasangan berurutan.
2. Pemetaan (Fungsi)
a. Pengertian pemetaan/fungsi
Pemetaan atau fungsi dari himpunan A
ke himpunan B adalah suatu relasi khusus yang memasangkan setiap anggota A
dengan tepat satu anggota B (Djunaedi, 1999: 5). Fungsi dari A ke B sering
dinotasikan dengan f: x --> y (dibaca: f memetakan x ke y) dan x anggota A,
sedangkan y anggota B dan y merupakan bayangan x atau y = f(x).
b. Grafik pemetaan
Untuk menggambarkan grafik suatu pemetaan
dapat dilakukan dalam diagram Cartesius. Jika suatu pemetaan mempunyai daerah
asal anggota himpunan bilangan cacah (C), maka grafik dibuat dengan
noktah-noktah (titik-titik besar). Hal ini dikarenakan anggota
terbatas/berhingga. Tetapi bila pemetaan mempunyai daerah asal anggota himpunan
real, maka banyaknya pasangan dua himpunan tak terhingga, sehingga grafiknya
berupa ruas garis yang melalui titik-titik yang dibuat.
Contoh :
Suatu pemetaan f(x) --> 2x + 1
dengan daerah asal {x½0£ x £ 3, x ÃŽ R}. Tentukan daerah hasil fungsi dan
grafiknya !
Jawab :
Daerah asal = {x½0£ x £ 3, x ÃŽ R},
misal x = 0, 1, 2, 3
f(x) --> 2x + 1 dapat ditulis
f(x) = 2x + 1
misal untuk x = 0 --> f(0) = 2.0
+ 1 = 1
x = 1 --> f(1) = 2.1 + 1 = 3
x = 2 --> f(2) = 2.2 + 1 = 5
x = 3 --> f(3) = 2.3 + 1 = 7
Jadi daerah hasilnya = {1, 3, 5, 7}
Contoh:
Tentukan banyaknya kemungkinan
pemetaan dari A = {a, b} ke B = {1, 2} dengan cara digambar dengan diagram
panah dan rumus !
Jawab :
Dengan diagram panah :
Dengan demikian banyaknya kemungkinan
pemetaan dari ke B ada 4.
Dengan rumus :
n(a) = 2 dan n(b) = 2, maka
banyaknya pemetaan dari A ke B = n(b)pangkat n(a) atau 2pangkat2 = 4.
Berdasarkan uraian pemetaan di atas dapat disimpulkan bahwa Pemetaan atau
fungsi dari himpunan A ke himpunan B adalah suatu relasi khusus yang
memasangkan setiap anggota A dengan tepat satu anggota B (Djunaedi, 1999: 5).
Fungsi dari A ke B sering dinotasikan dengan f: x --> y (dibaca: f memetakan
x ke y) dan x anggota A, sedangkan y anggota B dan y merupakan bayangan x atau
y = f(x). Banyaknya pemetaan yang mungkin dari dua himpunan dapat dicari dengan
digambar dengan diagram panah dan rumus.
3. Korespondensi Satu-satu
a. Pengertian korespondensi
satu-satu
Dua himpunan A dan B dikatakan
berkorespondensi satu-satu jika setiap anggota A berpasangan dengan tepat satu
anggota B, dan setiap anggota B berpasangan dengan tepat satu anggota A.
Contoh :
Dari diagram panah berikut tentukan
manakah yang merupakan korespondensi satu-satu
(i) (ii) (iii)
Jawab :
Gb. (i) dan (iii) merupakan
korespondensi satu-satu.
Gb. (ii) bukan korespondensi
satu-satu sebab ada anggota B yang tidak mempunyai pasangan dan ada pula yang
mempunyai lebih dari satu.
b. Menentukan banyaknya
korespondensi satu-satu yang mungkin dari dua himpunan yang diketahui banyak
anggotanya
Seperti telah diketahui bahwa syarat
korespondensi satu-satu dari himpunan A ke himpunan B adalah bila banyak
anggota A sama dengan banyak anggota B atau n(A) = n(B). Misalnya untuk
korespondensi satu-satu dari himpunan A = {1, 2} ke himpunan B = {a, b}, jika
dibuat diagram panahnya dari A ke B yang mungkin sebagai berikut
Ternyata untuk himpunan A dan B yang
banyak anggotanya 2 hanya mungkin dibuat dua buah korespondensi satu-satu.
Menurut Subagyo (2001: 1) banyaknya cara yang mungkin untuk mengadakan
korespondensi satu-satu antara himpunan A dan himpunan B yang mempunyai n
anggota adalah n !, di mana n ! = 1 x 2 x 3 x … x (n – 2) x (n – 1) x n. Jika
permasalahan dua himpunan di atas dihitung dengan rumus, maka dapat diperoleh n
= 2, sehingga banyaknya cara yang mungkin untuk mengadakan korespondensi
satu-satu antara himpunan A dan himpunan B yang mempunyai 2 anggota adalah 2 !
= 1 x 2 = 2.
Lucky Club Casino site - Lucky Club
BalasHapusLucky Club Casino is the online gaming destination for Australian and New Zealand gamblers. The site is powered by the best in live casino luckyclub.live and a world-class